I
. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirip
pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan arah dan gerak ikan. Sirip
pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V),
siri anus (A), sirip ekor (C). Kelima sirip ekor tersebut ada yang bersifat
ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut sedangkan yang lainnya bersifat
tunggal. Tidak semua jenis ikan dipermukaan bumi ini memiliki secara utuh
kelima sirip tersebut secara sempurna,
melainkan ada yang tidak lengkap.
Tidak
ada sirip punggung disebabkan oleh menghilang dan bermodifikasi sebagai alat
hisap. Memiliki sirip punggung seperti berbentuk sempurna dan rudimeter. Jumlah
sirip punggung ada satu, dua, tiga dan lebih dari tiga. Letak sirip punggung
dapat ditemukan di belakang kepala bagian anterior badan, di pertengahan, jauh
kebelakang badan.
Permulaan sirip punggung di depan sirip perut,
persis sama dengan permulaan sirip perut, dibelakang sirip perut, persis sama
dengan permulaan sirip anus.
Hubungan
sirip punggung dengan sirip ekor adalah terpisah dengan sirip ekor dan menyatu
dengan sirip ekor. Sirip dada terletak di anterior badan di belakang tutup
insang (operculum). Posisi dasar sirip dada adalah horizontal, vertikal,
setengah lingkaran dan oblique.
Posisi
sirip dada di daerah ventral, di bawah linea lateralis persis di belakang tutup
insang, dibawah linea lateralis persis di bawah sudut tutup insang dan persis
di belakang sudut dan tutup insang.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengetahui bentuk-bentuk, ukuran,
penggolongan secara umum pada sirip dan jari-jari sirip ikan pada ikan air tawar maupun air laut. Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam
penentuan arah dan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D),
sirip dada (P), sirip perut (V), siri anus (A), sirip ekor (C). Kelima sirip
ekor tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut
sedangkan yang lainnya bersifat tunggal. Tidak semua jenis ikan dipermukaan
bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip
tersebut secara sempurna, melainkan ada yang tidak lengkap.
Dan
manfaat dari praktikum ini adalah supaya mahasiswa khususnya mahasiswa yang
berada di Fakultas Perikanana dan Ilmu Kelautan dapat mengenal dan memahami
secara langsung tentang sirip dan jari-jari sirip ikan. kita harus
mempelajarinya sungguh-sungguh dan memahaminya dengan seksama. Dan kita perlu
mengembangkan wawasan kita di dunia perikanan dengan langsung mengetahui pasar
perikanan. Jika kita melaksanakan dengan baik, maka praktikum iktiologi ini
akan berjalan lancar dengan baik apabila kita menjalankan sesuai dengan
aturannya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ikan menurut Rahardjo (2000), yaitu makhluk vertebrata
yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan sirip, yang
hidup di perairan. Dari semua spesies, ikan memiliki bentuk tubuh dan bagian
luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam beberapa
bagian. Meskipun ikan memiliki bentuk tubuh yang bervariasi namun ikan
mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “ kepala-badan-ekor”.
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh
ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini,
dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan
perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan
mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu
dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi,
yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et
al, 2005).
Apabila ditinjau dari segi morfologinya dapat dibagi menjadi
tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linea lateralis, sirip, sungut,
sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh ikan dapat dibagi tiga
yaitu bagian kepala, badan, dan ekor (Widya tri 2001). Manda et el, (2005)
mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di bagian anterior kepala
dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan
lingkunan hidup di lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan
bergungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makan.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip
pada ikan terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip
anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas
Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang
basal yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial
yang terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada
chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan
dinamakan coracoscapula.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan
sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip
punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor
(C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan
sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini
memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang
tidak lengkap.
Ikan
Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan
tumpul, kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas
terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan
rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir bawah.Pada pertemuan lipatan
bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin sekali,garis
rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan
bersisik. Ikan (Crytopterus bichirchis) atau lebih dikenal dengan nama
Selais Panjang Lampung merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan
ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup secara liar, namun demikian ikan
ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah menjadi jenis ikan yang
sangat digemari oleh masyarakat.
Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang
Abu-abu dengan pita tipis memanjang yang berawal dari tutup insang hingga
pangkal sirip ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut rahang atas
memanjang hampir mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat
garis gelap memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 2001).
Ikan
Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh
memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah
yang terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu
pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas
panjangnya hampir melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).
III.
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ikthiologi tentang Sirip
dan Jari-jari Sirip Ikan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2012
pada pukul 08.00-10.00 WIB. Dan Praktikum Ikthilogi ini dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah Ikan Nila ( Oreocromis niloticus ),
Ikan Pepetek (Leignathus dussumieri), Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger), Ikan
Pantau (Rasbora argirotaenia),
Ikan Selar biasa (caranx rottleri).
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
danIkan Toman (Channa micropaltes)
Alat yang digunakan pada praktikum
adalah alat-alat tulis seperti pena, pensil, penghapus, penggaris dan alat
lainnya seperti serbet, buku gambar, nampan dan buku penuntun praktikum.
3.3 Metode Praktikum
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung di
Laboratorium Biologi Perikanan.
3.4 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah
menyiapkan peralatan praktikum dan bahan-bahan praktikum yang dibutuhkan saat
melakukan praktikum. Membuat klasifikasi dan habitat ikan. Membuat gambar ikan
dan bagian tubuh ikan serta membuat ukuran dari ikan tersebut.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum Bidang dan Arah, Penggolongan, Bentuk Tubuh dan
Bagian Tubuh ikan ini dapat diketahui
hasilnya adalah sebagai berikut :
4.1.1 Ikan Nila
( Oreocromis niloticus
).
Klasifikasi
Ikan Nila ( Oreocromis niloticus
):
Ordo : Percomorphi
Family : Cichilidae
Genus : Oreocromis
Species :
Oreocromis niloticus
Habitat : Air tawar
Adapun
ukuran Ikan Nila ( Oreocromis niloticus ) yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 195 mm Bdl : 70 mm
FL :
- mm Hdl :
50 mm
SL : 135 mm
Jumlah
sirip pada ikan nila yaitu, D = XV,10,- ; P = -,13,- ; V = I, 3, 3 ; A= -,3,- ; C=-,13,- Djarijah (1995) mengklasifikasikan
ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum Vertebtara, Klass
Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea,
Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus. Ikan
Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal
dari Plankton, Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa
dan lain sebagainya ( Asmawi, 1986). Menurut Sugiarto (1987) ikan Nila
Orechromis niloticus termasuk ke dalam ordo Perciformes,Family Cichlidae,Genus
Oreochromis dan spesies Orechromis niloticus.Santoso(1996) mengatakan bahwa
ikan yang termasuk dalam genus orechromis adalah ikan yang bertugas mengerami
telur dan menjaga anaknya adalah sang induk betina.Contoh spesies lainnya
antara lain: Oreochromis spilarus, Oreochromis aereus, Oreochromis hantari,
Oreochrommis mossambicus ,Oreochromis niloticus. Ikan Nila merupakan ikan nila
yang mempunyai bentuk yang agak memanjang pipih ke samping .Warnanya putih
kehitaman, makin ke bagian ventral warnanya akan semakin terang.Pada tubuh
terdapat 10 buah garis vertikal yang berwarna hijau kebiruan,sedangkan pada
sirip ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna
kemerahan.(Santoso,1996). Mata ikan Nila tampak menonjol agak besar dan di
pinggirnya berwarna hijau kebiruan.Letak mulut terminal.Gurat sisi(Linea
lateralis) terputus menjadi 2 bagian yanng terletak memanjang di atas sirip
dada.(Sugiarto,1987). Ikan Nila mempunyai nama perdagangan yaitu nile tilapea.Ikan
ini memiliki bentuk tubuh seperti pipih compressed dengan panjang tubuh serta
hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut,tergolong ikan
Palagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi,suka hidup bergerombol
baik perairan pantai maupun di lepas pantai .Kebiasaan makannya adalah memakan
plankton besar atau kasar,cepalopoda dan Sunyoto crustacea(Mandala,2005).
4.1.2 Ikan
Pepetek (Leignathus dussumieri).
Klasifikasi
Ikan Pepetek (Leignathus dussumieri) :
Ordo : Percomorphi
Species : Leignathus diussunieri
Family : Leloghnatidae
Habitat : Air laut
Genus : Leignathus
Adapun
ukuran Ikan Pepetek (Leignathus dussumieri) yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 175 mm
Bdl : 80 mm
FL : 115 mm
Hdl : 40 mm
SL : 140 mm
Ikan
pepetek (Leignathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae
yang masih berkerabat dengan keluarga Carangiadae.
Jenis
ini merupakan jenis ikan yang kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih dari 15 cm,
Badanya tinggi dan bentuknya pipih. Daging
dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda, 1981).
4.1.3 Ikan
Bawal Hitam (Stromateus
niger).
Klasifikasi Ikan
Bawal Hitam (Stromateus
niger) :
Ordo : Perciformes
Species : Stromateus niger
Family : Parastromateu
Genus : Stromateus
Habitat : Air laut
Adapun
ukuran Ikan
Bawal Hitam (Stromateus
niger) yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 140 mm Bdl : 80 mm
FL : 125 mm Hdl :35
mm
SL : 110 mm
Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada
keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk
tubuhnya pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk
belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna hitam, sirip punggung hanya satu
mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak.
Sirip dubur
besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras dan
35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya
melengkung dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar.
Sirip perut tidak ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal
sirip ekor bulat kecil.
Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih
besar dari pada sisik-sisik yang lainnya dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk
sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi, iakn ini mempunyai
persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae. Ikan Bawal hitam dapat
berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah. Panjang tubuhnya dapat
mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan mempunyai pasaran
yang baik.
Ikan ini tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara
sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikan-ikan
ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda,
1981). Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat
dengan Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir
menyerupai bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang
cendrung bersifat omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan
udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .Ikan Bawal
hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat besar dan
gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh
panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya
didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya
dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak
bagian bawah. Siripnya agak gelap.
Perbedaanya
dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini termasuk
ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984).Ikan Bawal Hitam
dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan sebelah.Panjang tubuhnya
dapat mencapai 60 cm.
4.1.4 Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia).
Klasifikasi Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) :
Ordo : Cypriniformes Species : Rasbora argirotaenia
Family : Cyprinidae Genus :
Rasbora
Habitat : Air laut
Adapun
ukuran Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 135 mm Bdl : 25 mm
FL : 120 mm Hdl : 20 mm
SL : 110 mm
Klasifikasi dari ikan pantau adalah
sebagai berikut : Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Genus : Rasbora,
Spesies : Rasbora argyrotaenia(Saanin,1984).
Menurut
Djuhanda (1981) ikan Pantau mempunyai warna dasar keperakan yang cemerlang.
Warna
siripnya yang kekunungan ditambah dengan masing-masing cuping sirip ekornya
yang memiliki memiliki pita warna hitam melintang.Bentuk tubuh dari tubuh ikan
ini panjang membulat ,sisik-sisiknya besar.
Warna
tubuh bagian atasnya kecoklatan –kecoklatan dan bagian bawahnya
kekuning-kuningan dipisahkan oleh gurat sisi yang menghitam mulai dari belakang
tutup insang terus ke belakang badan.Lubang mulut kecil,sekitar mulut tidak ada
sungut peraba ,sepintas lalu kelihatan seperti beunteur.
Ikan
Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk
tubuh memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat
mulai dari belakang kepala sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip
punggung berukuran pendek tidak memiliki jari-jari lemak yang mengeras serta
terletak di belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan
mulut tidak memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke
atas maupun kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000)
kemungkinan besar hidup di lapisan tengah perairan.
Ikan
Pantau memiliki bentuk tubuh mamanjang hampir persegi dan tubuhnya ditutupi
oleh sisik cycloit. Mempunyai bentuk mulut yang non proctractile yaitu mulut
ikan yang tidak dapat disembulkan kedepan. Mulutnya leber, sudut mulut dengan
bola mata sedikit kebelakang bola mata. Bibir tebal dan hanya bibir atas yang
berlipatan.
Bentuk
bibir atas bergerigi serta moncong ikan yang tumpul. Ikan Pantau ini tidak
memiliki sungut. Ikan ini hidup secara bergerombol, tubuh berwarna putih
punggung agak kehitaman.
Pada
pertengahan punggung terdapat sirip punggung yang disokong oleh jari-jari
sirip, semua sirp berwarna kemerahan dan mempumyai bercakl hitam, sirip ekor
bercagak panjang hampir sam dengan tinggi badan.
Ciri
meristik dari ikan rasbora adalah tidak bersungut, sirip dubur dengan 5 jari
yang bercabang, mulut agak kecil dengan berbonggol sambungan, tulang rahang
bawah ,sambungan tulang rahang bawah (di dagu) berbogol dengan rusuk dengan
cekungan pada sambungan tulang rahang atas (SAANIN,1984).
4.1.5 Ikan
Selar Biasa (caranx rottleri).Klasifikasi Ikan
Selar biasa (caranx rottleri)
:
Ordo : Perciformes Species : Caranx rottleri
Family : Chanidae Genus :
Caranx
Habitat : Air Laut
Adapun
ukuran Ikan
Selar biasa (caranx rottleri)
yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 185 mm Bdl : 30
mm FL : 160 mm
Hdl : 50 mm SL : 145 mm
Ikan
ini memliki sirip Dorsal ada dua, D1 =
4, D2 = 8, P = 13, V= I, 32 dan C= 14. Ikan selar tetengkek (caranx
rottleri) selain mempunyai sirip tambahan dari sirip dubur dan sirip
punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang merupakan sisik
besar,dan berduri pada gurat sisinya, melebar keatas dan kebawah badan. Ikan
ini di dapat jauh ketengah-tengah lautan, tetapi anak-anaknya sering terdapat
di muara-muara sungai yang besar.panjang tubuh ikan ini mencapai 40 cm lebih.
Ikan seperti ini terdapat di seluruh daerah indo-pasifik (DJUHANDA, 1981)
4.1.6 Ikan
Toman (Channa micropaltes).
Klasifikasi Ikan
Toman (Channa micropaltes) :
Ordo : Perciformes
Species : Channa micropaltes
Family : Channanidae
Genus : Channa
Habitat : Air tawar
Adapun
ukuran Ikan
Toman (Channa micropaltes) yang dipraktikumkan
adalah sebagai berikut:
TL : 230
mm
Bdl : 35 mm
FL :
- mm
Hdl : 75 mm
SL : 190
mm
Ikan
toman memiliki rumus sirip D= IVX, 3,- ; P= I,14,- ; V= XIV, -, - ; A= -, 22, -
; C= -, 14, - . Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai
berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici, subordo Ophiocephaloidei, famili
Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus micropeltes.
Asmawi
(1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian
punggung dan bagian perut berwarna putih cerah , pada ikan Toman muda
disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada ikan yang
sudah tua kedua garis tersebut hilang.
4.1.7 Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy).
.Klasifikasi Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy) :
Ordo : Lebyrinthici Species : Osphronemus gouramy
Family : Anabantidae Genus : Osphronemus
Habitat : Air tawar
Adapun
ukuran Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy) yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 260
mm Bdl : 95 mm
FL :
- mm Hdl : 50
mm
SL : 210
mm
Ikan
gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari
setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13
jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21
jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari
lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip
dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat
sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri dari
30-33 keping sisik (Kottelat et al,1993).
Ikan
gurami merupakan ikan yang suka berdiam diperairan yang tenang dan dalam
seperti rawa, danau, dan waduk. Selain diperairan tawar, ikan gurami dapat juga
hidup diperairan payau yang kadar garamnya rendah(susanto,1987), Ikan Gurami
menyukai keadaan perairan yang sedikit hangat yang biasanya terletak pada
ketinggian 150-750 meter dpl.Kisaran temperatur 25-30ºC dan pH
netral(Susanto,1987).
Bentuk
tubuh compressed,osteichtyed ,bentuk kepala tumpul,mulut terminal ,lubang
hidung dua pasang(dirhinous),mempunyai tutup insang, dan lonjong agak
tebal,bibirnya dapat ditonjolkan ke depan,badan dan kepala bersisik
keras-keras, warna tubuh putih kehijauan dan mengkilat waktu terkena
matahari,matanya terletak sedikit keras dari sudut mulut gurat sisi sempurna
serta makanan utamanya berupa tumbuh-tumbuhan.
4.2
Pembahasan
Sirip
pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan arah dan gerak ikan. Sirip
pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V),
siri anus (A), sirip ekor (C). Kelima sirip ekor tersebut ada yang bersifat
ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut sedangkan yang lainnya bersifat
tunggal. Tidak semua jenis ikan dipermukaan bumi ini memiliki secara utuh
kelima sirip tersebut secara sempurna,
melainkan ada yang tidak lengkap.
Menurut
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan terdiri dari sirip
punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C).
sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh
keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang terletak dibagian
bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan basal
menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang
bahu(pectoral girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.
Manda
et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang
terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus
(A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima
sirip tersebut secara sempurna.
Ikan
dari ordo Percomorphi mempunyai sirip perut yang terletak di bawah sirip dada,
sirip punggung biasanya ada dua yang didepannya disokong jari-jari keras
sedangkan yang di belakang sebagian disokong jari-jari lunak. Banyak dari
jenis-jenis ordo ini terdapat di pasar seluruh Indonesia. (Djuhanda, 1981).
Manda
et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak
ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip
perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang
bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain
bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima
sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
Saanin
(1984) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan
sifat-sifatnya, tanda-tanda dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan
yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dengan tinggi, bentuk garis rusuk dan
jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi
beserta susunan tulang-tulang insang.
Saanin
(1984) mengatakan bahwa untuk mengiedntifikasi ikan harus diperhatikan
tanda-tanda, bentuk dan bagian dari tubuh ikan yaitu urmus mulut dan sungut
yang banyak mengalami modifikasi. Oleh karena itu perbedaan ikan disebapkan
oleh umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak akan mungkin
memberikan ukuran, ukuran yang diberikan adalah perbandingan saja.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
sirip
pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan
terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus
(A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti
pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak
semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara
sempurna.
Melainkan
ada yang tidak lengkap. sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung(D), sirip
dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang
terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang
rawan yang dinamakan tulang basal yang terletak dibagian bawah tertumpu apda
cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan basal menunjang jari-jari
keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral
girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.
5.2 Saran
Demi kelancaran
pembelajaran praktikum iktiologi ini terutama pada membaha Sirip dan jari-jari
Sirip Ikan, kita harus mempelajarinya sungguh-sungguh dan memahaminya dengan
seksama. Dan kita perlu mengembangkan wawasan kita di dunia perikanan dengan
langsung mengetahui pasar perikanan. Jika kita melaksanakan dengan baik, maka
praktikum iktiologi ini akan berjalan lancar dengan baik apabila kita
menjalankan sesuai dengan aturannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi,
1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap
disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas
Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).
ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis
Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001.
Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi
Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).
PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek
dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal
(tidak diterbitkan).
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).
RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.
SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan
Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak diterbitkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar