I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah bahagian dari penyusun
bumi. Bumi 70 % dihinggapi oleh air dan selebihnya daratan. Hampir sama dengan
negara Indonesia. Indonesia lebih banyak dihiasi oleh perairan, dan salah satu
negara kepulauan terbesar di dunia kita ini. Indonesia adalah negara kesatuan
yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang ada di Indonesia. Dari semua itu,
Indonesia terletak diantara 2 benua dan 2 samudera. Dari semua perairan di Indonesia membuktikan
bahwa banyaknya jenis-jenis makhluk hidup yang berada diperairan di Indonesia.
Salah-satu makhluk hidup pengisi
perairan di Indonesia ini adalah ikan. Perikanan adalah suatu usaha manusia
untuk memanfaatkan sumber daya perairan, baik heawn maupun tumbuh-tumbuhan.
Jenis ikan di Indonesia berbagai macam jenis nya. Di lautan, danau, sungai
maupun di kolam-kolam. Jenis ikan di Indonesia ada yang sudah diketauhi dan ada
juga identitas ikan tersebut belum diketahui. Secara teori para ahli
memperkirakan ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan
bumi ini dan ada 4.000 spesies diantaranya penghuni perairan Indonesia, baik
laut, payau maupun perairan darat.
Jumlah tersebut antara spesies yang
satu dengan yang lainnya sudah tentu memliki beberapa kesamaan dan perbedaan
identitas yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasiannya.
Oleh karena itu dengan adanya perbedaan dan kesamaan identitas dari beberapa
jenis ikan di Indonesia ini, dapat membuat kita paham dan mengerti jenis ikan
tersebut. Dan dapat membuat kita mengetahui perbedaan jenis ikan yang satu
dengan jenis ikan yang lainnya. Ikan adalah makhluk vertebrata yang berdarah
dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan sirip, dan yang hidup
diperairan.
Bila ditinjau dari segi morfologinya
bentuk ikan dapat dibagi menjadi tujuh bahagian yaitu bentuk tubuh, bentuk
mulut, linea lateralis, sirip, sungut, sisik dan ciri-ciri lainnya. Dan bagian
tubuh ikan dapat dibagi tiga yaitu bagaian kepala, badan dan bagian ekor.
1.2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengenal dan mengetahui bentuk-bentuk, ukuran, penggolongan dan bagian
tubuh ikan secara umum khususnya bagian mulut dan sungut pada ikan air tawar
maupun air laut.
Dan manfaat dari praktikum ini
adalah supaya mahasiswa khususnya mahasiswa yang berada di Fakultas Perikanana
dan Ilmu Kelautan dapat mengenal dan memahami secara langsung tentang mulut dan
sungut pada ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ikan menurut Rahardjo (2000), yaitu makhluk
vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan
sirip, yang hidup di perairan. Dari semua spesies, ikan memiliki bentuk tubuh
dan bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam
beberapa bagian. Meskipun ikan memiliki bentuk tubuh yang bervariasi namun ikan
mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “ kepala-badan-ekor”.
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh
ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini,
dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan
perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan
mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu
dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi,
yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et
al, 2005).
Apabila ditinjau dari segi morfologinya dapat dibagi menjadi
tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linea lateralis, sirip, sungut, sisik,
dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh ikan dapat dibagi tiga yaitu
bagian kepala, badan, dan ekor (Widya tri 2001). Manda et el, (2005)
mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di bagian anterior kepala
dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan
lingkunan hidup di lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan
bergungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makan.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada
ikan terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip
anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas
Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang
basal yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial
yang terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada
chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan
dinamakan coracoscapula.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan
sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip
punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor
(C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan
sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini
memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang
tidak lengkap.
Ikan
Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan
tumpul, kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas
terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan
bibir,lipatan rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir bawah.Pada
pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala
licin sekali,garis rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang
persegi,perut mendatar dan bersisik. Ikan (Crytopterus bichirchis) atau lebih
dikenal dengan nama Selais Panjang Lampung merupakan salah satu bagian potensi
perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup secara liar,
namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah
menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang
Abu-abu dengan pita tipis memanjang yang berawal dari tutup insang hingga
pangkal sirip ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut rahang atas
memanjang hampir mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat
garis gelap memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 2001).
Ikan
Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh
memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah
yang terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu
pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas
panjangnya hampir melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ikthiologi tentang mulut
dan sungut dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 13 Maret 2012 pada pukul
13.00-15.00 WIB. Dan Praktikum Ikthilogi ini dilaksanakan di Laboratorium
Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah ikan bawal air tawar (Colossoma
macropomum), belut (Monopterus albus),
lele dumbo (Clarias gariepinus),
gabus (Channa striata), bawal putih (Stromateus cinereus), lidah (Cynoglossus lingua), tongkol (Euthynnus allecterates).
Alat yang digunakan pada praktikum
adalah alat-alat tulis seperti pena, pensil, penghapus, penggaris dan alat
lainnya seperti serbet, buku gambar, nampan dan buku penuntun praktikum.
3.3 Metode Praktikum
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung di
Laboratorium Biologi Perikanan. Mengklasifikasikan dan menggolongkan ikan,
serta mengukur ikan dan bentuk ikan. Dan melihat atau mengetahui bagian letak
mulut dan sungut ikan.
3.4 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah
menyiapkan peralatan praktikum dan bahan-bahan praktikum yang dibutuhkan saat
melakukan praktikum. Membuat klasifikasi dan habitat ikan. Membuat gambar ikan
dan bagian tubuh ikan serta membuat ukuran dari ikan tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum mulut dan sungut, bentuk, ukuran dan bagian
tubuh luar ikan ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut :
4.1.1
IKAN TONGKOL ( Euthynnus allecterates
).
Gambar
1. Ikan Tongkol ( Euthynnus allecterates
).
Klasifikasi
Ikan tongkol :
Ordo : Percomorphy
Family : Scombridae
Genus : Euthynnus
Species : Euthynnus
Habitat : Air Laut
Adapun
ukuran ikan Tongkol yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 290 Bdl : 70 mm SL : 280 mm
FL : 260 mm Hdl : 70 mm
Ikan Tongkol adalah jenis ikan
pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan
tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia,
terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan
ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, tingkat pemanfaat
sumber daya ikan menjadi sangat rendah.
Morfologi
Tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol terklasifikasi
dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Euthynnus, spesies Euthynnus
affinis. Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh
seperti betuto, dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung,
ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang
yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip
punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh,
sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga
dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang
cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip
tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet.
Ikan
Tongkol merupakan salah satu jenis ikan pelagis artinya hidup dilapisan atas
dari suatu perairan. Bentuk badanya memanjang yang kedua ujungnya meruncing,
mempunyai dua sirip punggung dan 7-8 finlet. Dari bentuk ikan adanya dua sirip
punggung dan banyaknya finlet ini menujukan ikan tongkol termasuk jenis ikan
perenang cepat.
4.1.2.
BELUT (Monopterus albus).
Gambar
2. Belut (Monopterus albus).
Klasifikasi
Belut :
Ordo : Synbranriformes Species : M.
Albus
Family : Synbranchidae Habitat :
Sungai/ Air Tawar
Genus : Monopterus
Adapun
ukuran belut yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 450 mm Bdl : 30 mm SL : - mm
FL : - mm Hdl : - mm
Belut adalah sekelompok ikan
berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera
dengan total 20 jenis.
Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka
itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).
Belut
berbeda dengan sidat,
yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip,
kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip
yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik
(atau hanya sedikit), dapat bernapas dari udara,
bukaan insang
sempit, tidak memiliki kantung renang
dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air
darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air
tawar. Mata
belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua malahan
buta.
.Kebanyakan
belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur. Semua
belut adalah pemangsa. Daftar mangsanya biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau
sungai, seperti ikan,
katak,
serangga,
serta krustasea
kecil.
4.1.3 IKAN
BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum).
Gambar
3. Ikan
Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum).
Klasifikasi
. Ikan
Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum) :
Ordo : Chaiformes
Family : Charachidae
Genus : Colossoma
Species
: C. Macropamum
Habitat : Air tawar
Adapun
ukuran ikan bawal air tawar yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 190 mm Bdl : 100 mm SL : 160 mm
FL : 180 mm Hdl : 50 mm
Ikan bawal yang telah tersebar dan
berkembang serta dikenal oleh masyarakat Indonesia termasuk jenis (species) Colossoma
spp. Yaitu Colossoma macropomum dan Colossoma bracipomum. Kedua
jenis ikan bawal ini mirip atau identik dengan jenis (spesies) ikan bawal yang
disebut Cachama (Colossoma oculus) yang berkembang dan hidup di Amerika
dan Venezuella. (Ostergaard 2009). Ikan ini merupakan salah satu komoditas
perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan berasal dari Brazil.
Pada mulanya ikan bawal
diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, nafsu
makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (Omnivora), ketahanan yang tinggi
terhadap kondisi limnologis yang kurang baik, disamping itu rasa dagingnya pun
cukup enak, hampir menyerupai daging ikan gurami dan dapat mencapai ukuran
besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi sehingga
produksinya tiap tahun semakin meningkat (Chobiyah 2001).
4.1.4
IKAN LIDAH
(Cynoglossus
lingua).
Gambar
4. Ikan
Lidah
(Cynoglossus lingua).
Klasifikasi
. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) :
Ordo : Heterosoma Species : Cynoglossus Lingua
Family : Soleidae Habitat : Air laut
Genus : Cynoglossus
Adapun
ukuran ikan Lidah yang dipraktikumkan
adalah sebagai berikut:
TL : 300 mm Bdl : 65 mm SL : - mm
FL : - mm Hdl :
70 mm
Ikan
Lidah
(Cynoglossus lingua) adalah spesies
ikan yang berada di peraiaran laut. Ikan lidah disebut juga ikan bentuk pipih
mendatar dan tergolong ikan non bilateral simeteris yang maksudnya adalah
apabila tubuh ikan dibelah dua secara membujur maka belahan sebelah kanan dan
kiri tidak mencerminkan belahan yang sama.
4.1.5
IKAN BAWAL PUTIH (Stromateus cinereus).
Gambar
5. Ikan
Bawal Putih (Stromateus
cinereus).
Klasifikasi
Ikan Bawal Putih(Stromateus cinereus) :
Ordo : Perciformes Species : Stromateus cinereus
Family : Bramidae Habitat : Air laut
Genus : Stromateus
Adapun
ukuran ikan Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus) yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 260 mm Bdl : 110 mm SL : 190 mm
FL : 230 mm Hdl : 70 mm
Bawal
putih juga dikenali dengan panggilan bawal cermin, kilat, dueh putih atau dueh
bujang. Ia juga dipanggil Silver Pomfret. Bawal cermin berbentuk seperti
rombus dan sedikit cembung. Bawal cermin dewasa kelihatan lebih lebar dan
cembung. Mata terletak di bahagian kepala yang kelihatan seakan bersambung
terus dengan badan.Meskipun badan bawal cermin kelihatan lebar tetapi mulut dan
matanya agak kecil dan berhimpun di sudut hujung bahagian kepala. Rahang atas
dan bawah juga tidak boleh membuka dengan luas.
Ikan
Bawal hidup dan berenang secara berkumpulan. Biasanya pada musim tertentu bawal
cermin boleh didapati dengan banyak. Ia juga dikatakan sering didapati
beriringan dengan udang di dasar laut.Pergerakan spesies bawal dalam berkawan
menjadikannya sebagai tangkapan yang sesuai dengan menggunakan pukat.
Bagaimanapun ia boleh ditangkap menggunakan pancing dan rawai.
4.1.6
IKAN GABUS (Channa
striata).
Gambar
6. Ikan Gabus
(Channa striata).
Klasifikasi
Ikan Gabus (Channa striata) :
Ordo :
Perciformes Species : Channa
striata Genus
: Channa
Family : Channidae Habitat
: Air Tawar
Adapun
ukuran Ikan Gabus (Channa striata) yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 260 mm Bdl : 30 mm SL : 220 mm
FL : - mm Hdl :
60 mm
Ikan
darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala
besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan
sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig
memanjang, seperti peluru kendali. Sirip
punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.
Sisi atas tubuh --dari kepala hingga
ke ekor-- berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh
putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata,
bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan
sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Gabus dan kerabatnya termasuk hewan
Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna).
Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut.
Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa;
yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat Garis
Wallace. Namun kini gabus
sudah diintroduksikan ke bagian timur pula. Salah satu kerabat dekat gabus
adalah ikan toman (Channa micropeltes), yang panjang
tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5 kg. Ikan gabus menyebar
luas mulai dari Pakistan di barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri
Lanka, Tiongkok bagian selatan, dan sebagian besar wilayah
di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
4.1.7 IKAN LELE
DUMBO (Clarias
gariepinus).
Gambar
7. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) :
Ordo :
Siluriformes Species : Clarias garipinus Genus :Clarias
Family : Clariidae Habitat
: Air Tawar
Adapun
ukuran Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang dipraktikumkan adalah
sebagai berikut:
TL : 270 mm Bdl : 40 mm SL : 250 mm
FL : - mm Hdl :
- mm
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air
tawar. Lele mudah
dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki
"kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Lele
tidak pernah ditemukan di air payau
atau air asin,
kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga
dan suku
yang berbeda (Ariidae).
Habitatnya
di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang
tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di
got-got dan selokan pembuangan.
Ikan
lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan
pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa
jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih
dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.
4.2 Pembahasan
Mulut dan sungut pada ikan terletak
dibagian anterior kepala dengan bentuk, ukuran dan posisi yang saling
bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan dimana ikan-ikan itu
berada. Hal tersebut menyebabkan bentuk dan ukuran mulut ikan omnivor maupun
carnivor berbeda. Bahkan bentuk dan ukuran mulut ikan-ikan yang hidup didaerah
pelagis berbeda dengan bentuk dan ukuran mulut ikan yang hidup disasar maupun
didaerah batu karang.
Mulut ikan bentuk proctractile
adalah brntuk mulut yang dapat disembulkan ke depan dan selanjutnya dapat
ditarik kembali keposisi semula, seperti pada ikan mas (Cyprinus carpio). Mulut ikan bentuk protractile adalah mulut ikan
yang tidak dapat disembulkan ke depan. Ukuran mulut dapat terdiri dari :
sempit, sedang dan lebar. Posisi sudut mulut dengan bola mata dapat seperti,
satu garis dengan sisi bawah bola mata, tegak lurus dengan atau sedikit di
belakang bola mata dan tegak lurus dengan sisi depan bola mata. Ukuran bibir
juga terdiri dari, bibir tebal dan bibir tipis ( Caesio pinjalo ).
Ukuran sungut terdiri berbagai
macam, seperti : pendek dan halus, pendek dan tebal, pendek tebal dan
berkait, panjangnya hampir mencapai
permukaan sirip punggung, panjangnya mencapai batang ekor. Jumlah sungut bisa mencapai
satu pasang, dua pasang, tiga pasang dan lebih dari tiga pasang. Jumlah sungut
sama dengan rahang diatas dan rahang bawah. Posisi sungut dapat dijumpai pada
rahang atas (dekat lubang hidung dan diatas bibir atas), dirahang bawah dan
sudut mulut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jenis mulut dan sungut pada ikan
berbeda-beda tiap jenis ikan tersebut. Mulut ikan ada yang tipis dan ada yang
tebal. Sungut nya bermacam-macam. Ada yang satu pasang, dua pasang bahkan ada
yang tiga pasang atau lebih. Oleh karena itu, jenis mulut dan sungut ikan perlu
diketahui untuk ilmu pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Dan setelah
memahami bagaimana bentuk multu dang sungut itu, kita dapat mengetahui jenis
ikan itu apa dan klasifikasinya.
5.2 Saran
Demi kelancaran pembelajaran praktikum
iktiologi ini, kita harus mempelajarinya sungguh-sungguh dan memahaminya dengan
seksama. Dan kita perlu mengembangkan wawasan kita di dunia perikanan dengan
langsung mengetahui pasar perikanan. Jika kita melaksanakan dengan baik, maka
praktikum iktiologi ini akan berjalan lancar dengan baik apabila kita
menjalankan sesuai dengan aturannya.
DAFTAR PUSTAKA
Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan
Budijono. 2005. Penuntun Praktikum
Ikthiologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru
2012. Buku Penuntun Praktikum Laboratorium
Biologi Perikanan-UR
^ a b Ng, Heok Hee (2003). "Clarias
insolitus, a new species of clariid catfish (Teleostei: Siluriformes) from
southern Borneo" (PDF). Zootaxa 284: 1–8.
^ a b Sudarto (2004). "Description
of a New Clariid Catfish, Clarias pseudonieuhofii from West Borneo
(Siluriformes: Clariidae)" (PDF). Zoological Studies 43 (1): 8-19.
^ a b c d Ferraris, Carl J., Jr. (2007). "Checklist
of catfishes, recent and fossil
(Osteichthyes: Siluriformes),
and catalogue of siluriform primary types" (PDF). Zootaxa 1418: 1–628.
snakeheads.org Website
tentang snakeheads
Tidak ada komentar:
Posting Komentar